Kapal tradisional namun dioperasikan secara modern ini inovasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)
12/September/2022 – Indonesia yang dikenal negara bahari dan kepulauan ini tetap mempertahankan warisan leluhur yakni perahu atau kapal tradisional.
Hal itu dapat dilihat masih banyaknya nelayan yang menggunakan kapal berbahan kayu untuk menangkap ikan di lautan.
Terkait hal itu, salah satu perguruan tinggi yakni Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) membuat kapal berbahan kayu tetapi dioperasikan secara modern.
Perguruan tinggi berbasis pendidikan vokasi ini merupakan satu-satunya politeknik yang berfokus pada bidang maritim teknologi perkapalan serta teknologi penunjangnya.
Menurut Direktur PPNS, Eko Julianto, untuk menghasilkan SDM kompeten dan berdaya saing internasional, PPNS melakukan link and match, teaching factory, maupun teaching industry.
“Saat ini PPNS dapat menghasilkan kapal kecil maupun menengah, namun teknologinya dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Jadi, tidak hanya untuk kebutuhan di laut,” ujarnya dikutip dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Sabtu (10/9/2022).
Kembangkan kapal tradisional berbahan kayu
Kini, PPNS sedang mengembangkan kapal tradisional berbahan kayu, terkait dengan dukungan terhadap program Jalur Rempah. Bertitel “Revitalisasi Jalur Rempah”
program Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek ini merupakan bagian dari upaya untuk menguatkan budaya bahari Indonesia. Program ini dilakukan dengan penanaman kembali berbagai jenis rempah, mengaktifkan kembali pelabuhan-pelabuhan bersejarah, serta revitalisasi kapal.
Melalui program ini, PPNS diberi kesempatan untuk membangun kapal bersejarah yang pernah membuat Indonesia jaya pada masanya, yaitu Pentjalang. Kapal ini merupakan kapal dagang tradisional nusantara atau dalam sejarah disebut sebagai pantchiallang atau pantjalang.
Adapun proyek ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui penyaluran bantuan operasional Matching Fund (MF) tahap kedua tahun 2022.
Dijelaskan, kapal yang bakal mengarungi pelayaran jalur rempah ini memiliki panjang 11,02 meter, panjang garis air 11,16 meter, tinggi 1,5 meter, dan lebar 4 meter. Kecepatan yang dimiliki berkisar 10 knot dengan daya angkut berkapasitas 4 orang. Kabarnya, kapal tradisional kreasi PPNS ini bakal hadir pada acara puncak pertemuan negara-negara perekonomian besar dunia, yakni KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang.
Meski mengusung revitalisasi pembangunan kapal ikan tradisional, namun kapal dioperasikan secara modern. “Plus, dengan tetap mengedepankan warisan budaya kita,” tutur Eko.
Dibuat bersama pengrajin kapal
tradisional Sementara Ketua Tim Proyek Revitalisasi Kapal Tradisional, I Putu Arta Wibawa mengatakan, proyek pembangunan kapal ini akan melibatkan dosen, mahasiswa, dan mitra industri. “Selain itu, juga melibatkan pengrajin kapal tradisional sebagai bentuk transfer teknologi,” jelasnya.
Menurut Putu, proyek pembangunan kapal terdiri atas tiga tim, yakni:
1. Tim pertama adalah peneliti yang bertanggung jawab hilirisasi penelitian.
2. Tim kedua, tim produksi yang bertanggung jawab terhadap proses pembangunan kapal.
3. Tim ketiga, tim pengelola proyek yang bertanggung jawab terhadap manajemen dan monitoring.
Tak hanya dosen saja, tetapi proyek ini juga melibatkan 40 mahasiswa. Adapun program studi yang terlibat, yakni:
- Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal
- Teknik Bangunan Kapal
- Teknik Permesinan Kapal
- Teknik Kelistrikan Kapal
- Manajemen Bisnis
- Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Maritim Challenge yang berbasis pembangunan dan pengoperasian kapal kayu.
Keterlibatan mahasiswa, menjadi sangat penting karena kegiatan ini merupakan project based learning (PBL) dan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di PPNS.
PPNS juga ciptakan speedboat
Selain itu, PPNS juga menghasilkan jenis-jenis kapal lainnya. Misalnya saja speedboat yang dibuat bersama PT Samudera Sinar Abadi Shipyard guna memenuhi pesanan dari Dinas Perhubungan Mimika, Papua, tahun lalu.
Kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dan industri ini berbuah tipe speedboat “Amole 01” dengan kapasitas angkut 22 orang. Dengan dimensi panjang 12,5 m, kapal ini mampu melaju dengan kecepatan 25 knot. Tak hanya industri, PPNS juga melibatkan dosen, teknisi, mahasiswa, dan bahkan siswa SMK yang sedang magang.
Tak hanya itu saja, produk lainnya dilakukan dengan menggandeng industri perkapalan untuk memproduksi kapal autopilot untuk nelayan tradisional. Tentunya, inovasi ini diharapkan dapat mempermudah menemukan lokasi persebaran ikan yang berdampak pada hasil tangkap nelayan yang semakin meningkat.
Sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/12/142527771/kapal-tradisional-buatan-ppns-ini-bakal-dipamerkan-di-ktt-g20?page=all