Lamongan, 24 September 2022 – Peletakan lunas kapal merupakan penanda bahwa pembangunan sebuah kapal dimulai. Diiringi dengan do’a, disaksikan oleh Kepala Desa Kandang Semangkon, dan pasaknya pun dipasang langsung oleh Ibu Dirjen Vokasi, pembangunan kapal kayu tradisional dimulai. Kegiatan ini merupakan bagian dari 2 program Matching Fund oleh Politeknik Perkapalan Negeri dan program pemadanan SMK Unggulan Ditjen Vokasi Kemendikbudristek RI oleh SMKN3 Buduran Sidoarjo. Kegiatan ini didukung oleh sebuah start up teknologi PT. Tunas Maritim Global dan Rosyid College sebuah think tank. PPNS membangun kapal bersejarah, Kapal Pencalang yang dulunya disebut Pentjalang sedangkan SMKN 3 Buduran membangun Kapal Ikan Ijon-Ijon. Peletakan lunas kapal kayu ini sekaligus memperingati Hari Maritim Nasional 2022.
Semula kegiatan tersebut diawali dengan studi revitalisasi ekosistem budaya jalur rempah oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek. Salah satu komponen ekosistem budaya Jalur Rempah ini adalah kapal kayu tradisional. Sampai hari ini, kapal-kapal kayu tradisional masih merupakan bagian penting bagi ekonomi pesisir dan perikanan kita. Di Paciran saja, pada musim yang baik, pelabuhan perikanan Brondong menyaksikan transaksi perikanan mencapai 200 ton/hari. Ini melibatkan ratusan nelayan dan perempuan pesisir Paciran.
Revitalisasi ekosistem budaya jalur rempah ini boleh dipahami sebagai upaya penyadaran atas kepentingan maritim bangsa ini. Menurut Prof. Hasjim Djalal, kemaritiman adalah semua hal yang berkaitan dengan laut sebagai ruang. Sebagai negara kepulauan bercirikan Nusantara, menjadi negara maritim adalah sebuah geostrategic default untuk mempersatukan Indonesia sekaligus mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang tersebar dalam sebuah bentang alam seluas Eropa ini. Kapal menjadi infrastruktur vital dalam menghadirkan Republik di laut negeri kepulauan ini.
Jika pendidikan adalah platform perluasan kesempatan belajar merdeka bagi warga muda, maka kegiatan pembuatan kapal kayu ini merupakan kerja budaya yang penting dalam pelestarian ketrampilan kapal kayu yang telah mentradisi sejak lama dengan peran ekonomi yang penting. Manusia Nusantara telah lama dikenal sebagai bangsa pelaut. Dikisahkan bahwa pada zaman Mesir kuno, rakyat Mesir telah berinteraksi dengan manusia perahu dari Timur dengan ciri-ciri manusia yg tinggal di Nusantara.
Dalam program ini para siswa SMK dan mahasiswa Politeknik belajar secara kolaboratif bersama para tukang perahu yang berpengalaman untuk membangun kapal kayu sebagai artefak teknik yang mengandung nilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Diharapkan, interaksi intensif antara siswa dan mahasiswa bersama para tukang perahu akan berhasil merevitalisasi ekosistem budaya Jalur Rempah yang akan berperan penting dalam melestarikan kehidupan masyarakat pesisir. Kapal Pencalang dan Kapal Ijon-Ijon akan menjadi bagian dalam pelestarian budaya ini.
Paciran, Lamongan, 23/9/2022
Tulisan oleh:
Prof. Daniel M. Rosyid dan Tim Humas Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)