Mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya menyosialisasikan aplikasi Automatic Identification System (AIS)berbagasa lokal kepada nelayan. Foto: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
13/September/2023 – Bermula dari kesulitan nelayan lokal untuk memahami pengoperasian aplikasi Automatic Identification System (AIS), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) mengembangkan AIS berbahasa lokal untuk nelayan.
Aplikasi AIS merupakan sebuah alat navigasi untuk melihat peta kapal-kapal di sekitarnya yang juga terpasang AIS. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 7 Tahun 2019, Kapal Ukuran 35 GT dan Kapal Penangkapan Ikan 60 GT wajib memasang AIS.
Tujuan memasang AIS tentunya untuk menghindari kecelakaan atau tabrakan kapal pencari ikan. Aplikasi AIS yang dikembangkan PPNS ini digarap oleh kelompok mahasiswa bernama Muhammad Izzul Haj, Rendy Rizkananda, dan Satriya Kusuma Wardani yang dibimbing oleh Afif Zuhri Arfianto sebagai dosen pembimbing.
Selain mengembangkan bahasa lokal nelayan, para mahasiswa ini juga menggabungkan teknologi AIS dengan user interface yang ramah pengguna sehingga membantu meningkatkan interaksi para nelayan.
“Berdasarkan masukan dari pengguna salah satunya adalah nelayan, mereka kesulitan memahami perangkat AIS karena itulah kita buat aplikasi yang menu dan tampilannya menggunakan bahasa lokal, sehingga mudah dipahami oleh nelayan,” ujar Afif Zuhri Arfianto, Rabu (13/9/2023).
Tangkapan layar tampilan aplikasi AIS berbahasa lokal. Foto: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Selain itu, rancangan kelompok mahasiswa terkait AIS ini juga diikutsertakan program Pekan Ilmiah Mahasiswa Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi RI (Kemendikbud Ristek).
Proposal tiga mahasiswa dalam program PKM KI bertajuk “Pengembangan Produk Automatic Identification System (AIS) dengan Human Computer Interaction Design untuk Nelayan Tradisional” menjadi sorotan karena memberikan kesinambungan inovatif dalam solusi teknis terhadap nelayan lokal.
Menurut Muhammad Izzul Haj salah satu kelompok mahasiswa mengatakan pendanaan ini tidak hanya mengakui potensi mahasiswa dalam menggabungkan AIS dan desain interaksi manusia yang mendalam.
Tapi juga menghargai kontribusi dalam memajukan industri maritim dan mendukung nelayan tradisional dengan teknologi yang relevan dan terjangkau.
Izzul berharap kedepannya, penelitian ini bisa dijadikan untuk pengembangan produk berikutnya yakni AIS Transponder dengan mengedepankan keunggulan yaitu, lebih terjangkau dan lebih mudah digunakan.
“Pengembangan dari segi perangkat lunak juga dapat dikembangkan lebih jauh dengan menyasar target pengguna yang lebih spesifik,” ujar Izzul.