Surabaya, 16 Desember 2021 – Keselarasan visi dan misi industri merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) untuk mencetak generasi yang unggul. Maka dari itu, PPNS menyelenggarakan kegiatan tahunan disebut Industrial Advisory Board (IAB).
IAB adalah program tahunan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang mengundang Industri di bidang maritim dan Industri penunjang di bidang lainnya sebagai wadah bagi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dalam meningkatkan relevansi dan kompetensi dengan kebutuhan industri. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari industri, perusahaan, asosiasi, dan lembaga pelatihan internasional.
Acara dibuka dengan sambutan dari Direktur PPNS Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA tentang lulusan politeknik khususnya bidang perkapalan dan teknologi penunjangnya. “Pendidikan manusia itu merupakan kebutuhan yang intangible (tak terlihat). Layaknya membangun rumah, atau membangun struktur. Prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Jadi, tepat hari ini, kami berusaha menyamakan persepsi yang dikemas dalam satu kesatuan dari berbagai pihak secara utuh.”
“Adapun pihak-pihak tersebut yaitu pemerintah, industri, akademisi, komunitas atau asosiasi profesi serta peran media, sangat dibutuhkan dalam mendukung pendidikan yang menghasilkan SDM yang unggul serta sesuai kebutuhan,” ucapnya pada wawancara pers pada hari Rabu, (15/12/2021).
Beliau juga menyatakan PPNS sebagai perguruan tinggi mendukung pengembangan industri bidang maritim melalui peran aktif dari beragam alumni yang sesuai dengan kebutuhan dari industri masa kini. “Kebutuhan dan zaman kian berubah, untuk menghadapi perubahan ini kami harus mengantisipasi untuk menjamin relevansi yang sesuai perwujudan Tri Dharma Pendidikan Tinggi yang melingkupi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat dengan kebutuhan Industri,” ujar Eko.
Strategi PPNS dalam mencetak SDM yang berkompetensi didukung pemerintah pusat melalui Direktorat Pendidikan Vokasi dan Profesi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hal tersebut disebutkan oleh Direktur Pendidikan Vokasi dan Profesi, Dr. Benny Bandanadjaya, ST., MT. melalui berbagai program yang kedepannya, kemudian disesuaikan melalui kurikulum di PPNS maupun perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Salah satunya dengan program percepatan Diploma 2 (D-2) yang diberikan kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan target memperoleh eskalasi mencetak SDM yang berkompeten lebih cepat.
“Program ini diterapkan tidak hanya ada di PPNS saja. Melainkan, semua Politeknik telah menerapkan program ini. Terhitung 33 prodi di beragam Politeknik seluruh Indonesia, telah menjalankan program SMK Jalur cepat ini,” ujar Benny.
Benny menjelaskan tentang program yang telah dimulai sejak tahun 2020 tersebut, diharapkan dapat memperbanyak kualitas SDM yang handal bagi kebutuhan industri. Khususnya berbagai industri maritim yang sudah bekerjasama dengan PPNS dalam untuk memenuhi kebutuhannya.
“Kami harapkan, program D2 Fast-track ini, Lulusan SMK yang telah diberikan program kuliah selama 1,5 tahun di kampus, senantiasa terampil, sehingga industri-industri tidak perlu melakukan pelatihan kembali,” imbuh Beny.
“Jika seperti ini, menjadi cepat dan mudah tidak terlalu membutuhkan posisi tinggi untuk mengisi posisi operator seperti pengelasan maupun perbaikan,” harapnya. Lalu untuk mendukung SDM industri, Rasman Manafi, S.P., M.Si selaku Asisten Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) menyampaikan, “Ada 4 kebijakan yang telah dibuat yaitu peta okupasi tenaga kerja, pendataan jumlah sdm industri serta kerjasama antara kementerian dan lembaga.” Pendidikan dan pelatihan vokasi termasuk dalam strategi penguatan SDM industri karena kurikulum yang ada selaras dengan kebutuhan industri.
Pada acara tersebut juga dilakukan diskusi panel tema “Strategy for Skill Development on Maritime Sector Towards the Indonesian Golden Generation 2045” serta, penandatanganan MoU yang dilakukan oleh 8 industri dan PPNS dalam sektor Kemaritiman dan Kelautan.