Lulusan PPNS kini tidak hanya dituntut untuk menjadi engineer yang mumpuni, namun diharapkan menjadi seorang entrepreneur. Jumat, 12 Juni 2015 Pukul 16.00 WIB, workshop “Pembuatan Business Plan” Program Mahasiswa Wirausaha PPNS 2015 resmi dibuka oleh Bapak Ir. Gaguk Suhardjito MM sebagai pembina PMW-PPNS 2015 di Ruang Peraga. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sendiri merupakan salah satu program DIKTI yang bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha berbasis iptek kepada mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta lapangan pekerjakan (job creator).
Dalam kesempatan itu, Bapak Gaguk yang juga merupakan Kaprodi D4 Manajemen Bisnis PPNS mengingatkan bahwa berdasarkan penelitian dari beberapa ahli, sebuah negara dapat menjadi maju apabila memiliki setidaknya 2% pengusaha (entrepreneur) dari total jumlah penduduknya, artinya Indonesia membutuhkan sekitar kurang lebih 5 juta entrepreuneur untuk bisa menjadi negara yang maju. Dapat dibayangkan bila 1 entrepreneur memiliki karyawan sebanyak 10 orang, dan masing-masing karyawan memiliki seorang istri dan seorang anak. Maka apabila dihitung, 1 entrepreneur bisa menghidupi setidaknya 30 orang. Apabila di Indonesia ada 5 jutaentrepreneur, maka setidaknya ada 150 juta orang yang dapat dihidupi dari usaha milik entrepreneur tersebut.
Dalam kesempatan itu, Syamrotul Fitriani, seorang alumni PPNS angkatan 2008 jurusan K3 menjadi salah seorang pembicara dalam workshop tersebut. Fitri pernah mendapat program PMW PPNS tahun 2009. Meski dia pernah bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang oil and gas, contruction, namun dia memutuskan keluar dari perusahaannya dan mencoba peruntungan menjadi seorang wirausaha.Usaha yang ia dirikan ialah dalam bidang pembuatan souvenir, sama seperti usaha yang pernah ia jalani dulu bersama teman-taman mahasiswanya saat lolos PMW PPNS tahun 2009. Lambat laun usaha ini terus berkembang, bahkan usahanya sekarang tidak hanya menjual souvenir, namun juga bergerak di bidang percetakan undangan, penyablonan, kreasi hantaran pernikahan dan mahar. Sekarang, usahanya tidak hanya di Surabaya saja, namun ia juga memiliki cabang di Ponorogo dan Lumajang. Dalam keadaan sepi, pengusaha yang mempunyai 15 karyawan ini mengaku mampu meraup omset sebesar 30-40 juta rupiah dalam satu bulan dari modal awal yang hanya 2.000.000 saja. Dalam kondisi ramai, ia mampu meraup omset hingga 120 juta rupiah.
Saat salah seorang mahasiswa teknik pengelasan, Gilang Gusti Damara (20) bertanya tentang cara pemasaran produk usahanya. Fitri mengaku bahwa kebanyakan pemesan dari produk usahanya adalah teman atau saudara dari orang yang pernah menjadi pelanggannya, yang puas dengan produk yang ia jual. Selain itu dia juga memasarkan produknya melalui media sosial seperti BBM, Facebook dan Instagram. Ia mengaku bahwa tidak mudah untuk membangun bisnisnya sampai menjadi seperti sekarang ini, namun ia berpesan pada para peserta workshop bahwa untuk membangun sebuah usaha ada 3 hal yang diperlukan, yaitu jujur, sabar dan ikhlas. Bahkan Fitri juga menawarkan pada para peserta workshop apabila ingin menambah uang saku saat liburan nanti, mereka dapat bekerja di tempatnya. (alvin-TL/nuh)