Pendidikan vokasi kini sedang menjadi fokus pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Politeknik sebagai perguruan tinggi vokasi (PTV) dihadapkan pada tantangan mencetak tenaga terampil dan ahli di bidang yang spesifik.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) menyiapkan tenaga ahli madya, sarjana terapan, hingga magister terapan di lingkup teknologi marine dan pendukungnya. Tidak dipungkiri, Indonesia sebagai negara kepulauan, industri di sektor maritim memiliki potensi menjadi tulang punggung ekonomi. Namun, sektor ini belum menjadi primadona di Indonesia. Pasalnya keterbatasan tenaga terampil dan ahli dalam penerapan teknologinya.
Salah satu kunci keberhasilan PTV adalah kurikulum dengan komposisi 30 persen teori dan 70 persen praktikal; akan menghasilkan tenaga terampil dan ahli baik kompetensi kognitif maupun psikomotorik (hands on).
Direktur PPNS Eko Julianto menyampaikan bahwa konsep praktok di vokasi memiliki konsekuensi. “Fasilitas berlatih atau praktik menjadi kebutuhan pasti. Sehingga, operasional PTV menjadi tidak murah. Dengan kata lain pemerintah harus berani investasi dan memberi dukungan di sektor pendidikan ini,” ungkap Eko.
Kurikulum PPNS tentu dituntut peka dan adaptif terhadap kebutuhan pasar. Sehingga, updating perlu dilakukan sebagai respon PTV terhadap penerapan teknologi di lapangan.
Dalam upanya mencapai kesesuaian dengan kebutuhan industri, PPNS telah secara rutin mengundang mitra industri pada setiap program studi untuk melakukan asesmen kurikulum, kompetensi, peralatan dan berbagai hal yang mendukung kegiatan akademik. PPNS yang telah menghasilkan lulusan Ahli Madya maupun Sarjana Terapan sejak tahun 1990 telah memiliki Industrial Advisory Board (IAB) sejak beberapa tahun yang lalu.
Alumni PPNS menyebar ke seluruh nusantara bahkan mancanegara. Lebih dari 68 persen konsisten di sektor perkapalan selebihnya berkiprah di bidang manufaktur, oil & gas, hingga tambang baik sebagai tenaga ahli maupun sebagai pelaku usaha.
Salah satu kegiatan asesmen kurikulum yang dilaksanakan adalah Focus Group Discussion (FGD) bersama mitra industri dan alumni. Kiprah para alumni ini menjadi saluran mengalirnya umpan balik dalam pengembangan kurikulum dari IDUKA (Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja). FGD bersama industri dan alumni ada dua manfaat. Pertama, penelusuran alumni dari berbagai wilayah. Kedua, penggalangan umpan balik untuk updating kurikulum.
Re-orentasi dan reposisi kurikulum di PPNS sudah memasuki era teaching factory dan dual system berorentasi pada praktikal penerapan langsung yang lebih banyak jumlah jam-nya. Tentunya, pola ini membutuhkan partnership dengan industri baik dalam bentuk kuliah tamu maupun produksi nyata.
Pemagangan atau On the Job Training (OJT) selama empat bulan (satu semeter) atau dua kali empat bulan (dua semester) menjadi ajang berlatih nyata di indutri yang harus dijalani para mahasiswa PPNS. Melalui OJT tersebut mahasiswa ditempa dengan berbagai masalah penerapan teknologi di dunia industri yang lebih faktual.
Tantangan berkarya dengan pemanfaatan waktu dan kemampuan secara nyata dilatih dengan arahan dari tenaga-tenaga professional di industri.
Selain kemampuan teknis, mahasiswa pelaksana OJT juga dihadapankan pada tantangan kompetensi soft-skill, baik leadership, teamwork, serta communication skill.
Koordinasi dengan para alumni yang telah menjadi punggawa-punggawa hebat di berbagai perusahaan menjadi agenda dalam FGD ini. Koordinasi dimaksudkan untuk menjamin kualitas OJT mahasiswa PPNS dan juga jalinan kuat untuk inisiasi pelaksanaan OJT.
Para alumni yang sudah terwadahi dalam organisasi IKA-PPNS menjadi partner yang bermanfaat bagi banyak pihak merealisasikan kegiatan OJT dengan lebih millennial.
Di era pandemi ini, tantangan baru dihadapi oleh PPNS untuk tetap menghasilkan SDM berkualitas. Perubahan pembelajaran secara “new-normal” tidak dapat dihindari harus dilakukan dengan efektif-efisien dan tetap dapat meningkatkan kualitas lulusan.
Perkulihan teori secara daring (dengan aplikasi Learning Management System) sudah menjadi wujud nyata proses digitalisasi pembelajaran. Di sisi lain, tuntutan praktikal secara luring harus tetap dapat dikondisikan dengan mengindahkan protokol covid-19.
Perubahan ini tidak dapat dihindari dan menuntut realitas kesadaran tinggi bagi civitas akademika dan stakeholder untuk menguatkan kerja sama pembelajaran di PPNS semaksimal mungkin.
Dengan kerjasama yang baik dengan para mitra dan alumni, PPNS berkomitmen terus mengembangkan metode pembelajaran ke arah teaching factory dan dual system secara optimal.
“Peran serta IDUKA melalui para Alumni menjadi kunci dalam penyediaan SDM yang unggul dan memenuhi bahkan melampaui kebutuhan industri,” ungkap Eko.