Kapal autopilot yang dapat mempermudah menemukan lokasi persebaran ikan hasil inovasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Foto: PPNS
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) menggandeng industri perkapalan untuk memproduksi kapal autopilot untuk nelayan tradisional.
Afif Zuhri Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya mengatakan, sebagai negara maritim yang dua per tiga wilayahnya adalah lautan, Indonesia harus mengoptimalkan kekayaan laut, salah satunya hasil tangkap nelayan.
Dalam rangka hal tersebut PPNS membuat inovasi berupa kapal autopilot yang dapat mempermudah menemukan lokasi persebaran ikan. “Jika diterapkan dan dimanfaatkan nelayan bisa berdampak pada hasil tangkap nelayan yang semakin meningkat,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (24/10/2021).
Afif menjelaskan, lokasi persebaran ikan telah difasilitasi oleh Balai Riset Observasi Laut (BROL) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa peta digital daerah persebaran ikan. Peta tersebut dikenal dengan Peta Perkiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI).
“PPDPI merupakan peta prediksi lokasi ikan dalam mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan. Hanya sedikit nelayan yang telah memanfaatkan inovasi teknologi PPDPI ini, oleh sebab itu dirasa perlu untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat nelayan agar lebih bermanfaat dan mendorong peningkatan produksi perikanan secara nasional,” kata Afif.
24/Oktober/2022 – Untuk mengatasi permasalahan tersebut, PPNS melakukan penelitian dengan membuat Virtual Assistant untuk nelayan. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan PPDPI, perangkat ini dapat menunjukan informasi lokasi ikan berdasarkan dari data PPDPI.
Selanjutnya untuk tahun ini dibuat perangkat pengembangan dari Virtual Assistant yaitu berupa kapal untuk nelayan tradisional.
Smart Autopilot Unmanned Ships (SAUS) adalah kapal tanpa awak yang dapat bergerak menuju daerah persebaran ikan. Kapal ketika bergerak lokasi persebaran ikan dapat berkomunikasi dengan pantai menggunakan LoRA, selain itu kapal juga bisa mengirim data data di laut berupa suhu, salinitas dan kecepatan angin.
Data-data tersebut diperlukan untuk dikirim ke server untuk diolah kemudian dijadikan informasi yang berguna untuk peningkatan hasil tangkap dan keselamatan dalam berlayar.