Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (A) berhasil meraih akreditasi A. Dr. Totok Prasetyo selaku Direktur Pembinaan Kelembagaan, Ditjen Kelembagaan, Kementerian Riset, Teknoologi, dan Pendidikan Tinggi secara resmi menyerahkan sertifikat akreditasi ke Direktur PPNS, Eko Julianto, M.Sc. Dalam acara Sosialisasi Borang APT 3.0 & IAPS 4.0 dan Penyerahan Sertifikat APT ke PPNS, Totok menyampaikan bahwa akreditasi yang diraih saat ini adalah buah kerja keras yang panjang. Akreditasi A atau kualitas unggul didapatkan dengan memperbaiki banyak aspek, Leadership, Dalam sambutannya, Totok menyampaikan bahwa jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi A hanya 2% dari total seluruh perguruan tinggi di Indonesia. “Selamat, PPNS kini termasuk dalam 2% perguruan tinggi terbaik di Indonesia”.
Acara sosialisasi juga dihadiri oleh Prof. Triyogi Yuwono, DEA, Dr. Indrianty Sudirman, Prof. Johny Wahyuadi, dan Prof. Moses L. Singgih yang turut menyampaikan beberapa perbedaan sistem akreditasi PT yang baru. Yang pertama adalah adanya sistem dimana masyarakat bisa ikut “menilai’ kualitas PT. Sebagai contoh, ada masyarakat yang merasakan bahwa kualitas dari sebuah PT tidak menunjukkan bahwa PT tersebut mendapat akreditasi A.
“Kami dari Ditjen Kelembagaan dapat menerima laporan itu, dan bersama BAN-PT dapat melakukan surveillance. Kami bisa mengecek kembali mutu sebuah PT dan bisa saja menurunkan nilai akreditasinya. Bapak Ibu, ada perguruan tinggi yang turun grade (akreditasi) karena kejadian seperti ini,” ungkap Totok.
Perbedaan yang kedua adalah jumlah standar pada borang. Jika akreditasi sebelumnya hanya memiliki 7 standar, maka sistem akreditasi yang baru akan menerapkan 9 standar yang harus dinilai. Hal ini tentu akan memberikan tantangan baru bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikannya.
Prof. Moses L Singgih juga menambahkan bahwa unit penjaminan mutu menjadi salah satu unit yang sangat penting. “Meskipun sudah mendapat A, tidak lantas jadi santai. Harus terus konsisten dan meningkatkan kualitasnya,” ungkap Moses.
“Turun nilai itu sangat sakit. Jadi jangan sampai sudah A, lalu turun nilainya B karena penjaminan mutu-nya kurang baik,” tambah Moses.