PPNS Advisory Board Annual Meeting: Keterlibatan Industri adalah Hal yang Mutlak untuk Politeknik

Politeknik dituntut untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan melibatkan industri secara intensif. Dirjen Kelembagaan, Iptek, dan Dikti Kementerian Riset dan Teknoloogi (Kemristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Patdono Suwignjo mengatakan bahwa pendidikan vokasi di luar negeri yang bagus selalu ada keterlibatan industri secara intensif. Keterlibatan ini misalnya dalam hal pelaksanaan magang kerja, link and match kurikulum, memberikan masukan terkait alat atau mesin terbaru, pengembangan skill dosen, dan lain-lain. Untuk itu, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya senantiasa membangun hubungan yang baik dan efektif dengan para mitra Industri. Hal ini terlaksana salah satunya dengan perhelatan tahunan PPNS Advisory Board pada akhir tahun 2019.

Foto : Panelis dalam PPNS Advisory Board

Patdono menyampaikan bahwa per 2020 nanti akan ada aturan bahwa minimum 50 persen dosen di politeknik harus dari industri atau memiliki pengalaman di industri. Hal ini akan mendukung sistem akademik politeknik yang lebih banyak praktek. Dosen yang memiliki pengalaman di industri lebih kaya pengalaman dan lebih mudah dalam memberikan contoh real di dunia industri.

Sementara itu, Eko Julianto, Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya menuturkan bahwa kebijakan dosen industri sudah dipersiapkan. Saat ini, PPNS sudah mulai merekrut dosen industri melalui program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau). PPNS baru memiliki 50 dosen industri dari 160 dosen atau baru 30%. Jumlah ini akan terus ditambah melalui jumlah pemagangan dosen ke industri-industri terkait.

Foto : Mitra perusahaan PPNS dalam PPNS Advisory Board Annual Meeting

 “Sebab, banyak pegawai industri yang belum S-2 sehingga tidak bisa menjadi dosen. Namun, dengan program RPL, pengalaman dan pengetahuan mereka dikonversi dan diakui sehingga setara dengan lulusan S2,” tambah Eko.

PPNS Advisory Board juga memberikan masukan terhadap sistem magang di perusahaan. Perusahaan menilai program magang akan lebih efektif bila ada guidebook untuk para user/industri khususnya kompetensi apa saja yang harus diajarkan kepada para mahasiswa magang. Tak hanya guidebook, PPNS juga diharapkan untuk memberikan pembekalan lebih kepada para peserta OJT sebelum magang di industri.

“Para milenial ini adalah generasi yang berbeda. Kita harus jeli melihat potensi mereka, memberikan tantangan, memberikan challenge agar mereka mampu menunjukkan potensi terbaiknya,” ungkap Ambikka, Head of Human Capital and Command Media PT. PAL Indonesia.